October 15, 2010

Heading towards the station ...

Tucked away in our subconscious minds is an idyllic vision. We see ourselves on a long, long trip that almost spans the continent. We're traveling by passenger train, and out the windows we drink in the passing scene of cars on nearby highways, of children waving at a crossing, of cattle grazing on a distant hillside, of smoke pouring from a power plant, of row upon row of corn and wheat, of flatlands and valleys, of mountains and rolling hills, of biting winter and blazing summer and cavorting spring and docile fall.

But uppermost in our minds is the final destination. On a certain day at a certain hour we will pull into the station. There sill be bands playing, and flags waving. And once we get there so many wonderful dreams will come true. So many wishes will be fulfilled and so many pieces of our lives finally will be neatly fitted together like a completed jigsaw puzzle. How restlessly we pace the aisles, damning the minutes for loitering ... waiting, waiting, waiting, for the station.

However, sooner or later we must realize there is no one station, no one place to arrive at once and for all. The true joy of life is the trip. The station is only a dream. It constantly outdistances us.

"When we reach the station, that will be it !" we cry. Translated it means, "When I'm 18, that will be it ! When I buy a new 450 SL Mercedes Benz, that will be it ! When I put the last kid through college, that will be it ! When I have paid off the mortgage, that will be it ! When I win a promotion, that will be it ! When I reach the age of retirement, that will be it ! I shall live happily ever after !"

Unfortunately, once we get it, then it disappears. The station somehow hides itself at the end of an endless track.

So, stop pacing the aisles and counting the miles. Instead, climb more mountains, eat more ice cream, go barefoot oftener, swim more rivers, watch more sunsets, laugh more and cry less. Life must be lived as we go along. The station will come soon enough.

(Found as published in Dear Abby, The Station, By Robert J. Hastings)

August 31, 2010

She's Mine

June 7, 2010

Budi Soehardi, CNN Heroes 2009


Menurut seorang Budi Soehardi, pendiri Panti Asuhan Roslin di Timor-Timur, “Para penghuni Panti kelihatan sangat ceria & bahagia, tapi sebenarnya memiliki hampir semua cerita sedih yang mungkin dialami manusia”.

“Beberapa dari bayi yang dibawa ke sini karena ibu mereka meninggal setelah melahirkannya akibat kekurangan gizi. Yang lain datang karena keadaan keluarga yang sangat miskin, beberapa yang lain datang karena keluarga yang tidak menginginkan mereka, sehingga menelantarkannya”.

Soehardi (53 tahun), seorang pilot Indonesia yang tinggal di Singapura beserta Peggy, istrinya mengurus 47 orang di panti asuhan tersebut. Mereka memiliki hubungan yang sangat dekat satu sama lain, bahkan menganggap ana-anak tersebut adalah keluarga mereka. Mereka menamai beberapa bayi yang datang ke panti asuhan itu, sejak mereka datang sebagai bayi, beberapa dari mereka adalah korban & pengungsi akibat konflik di Timor Timur.

Soehardi sendiri memiliki 3 orang anak kandung, namun menurutnya tidak ada perbedaan perlakuan terhadap 3 anak kandungnya dengan anak-anak di panti asuhan. Mereka semua mendapat tempat tinggal yang bersih, vaksinasi, makanan, pakaian dan vitamin.

“Pak Budi sudah seperti ayah saya” kata Gerson Mangi (20th) salah seorang penghuni panti. Mangi datang ke panti asuhan pada umur 12 tahun, dan tidak ada kemampuan untuk meneruskan sekolah setelah orangtuanya meninggal. Sekarang berkat Pendidikan di Roslin & seorang donatur, dia sudah bersekolah medis.

Soehardi yang ayahnya meninggal ketika berumur 9 tahun, mampu ikut merasakan penderitaan yang dialami Mangi.

“Untuk makan aja susah apalagi untuk biaya sekolah” kata suhardi. Mereka benar2 menyentuh perasaan saya dan saya ingin mereka menjalani kehidupan yang lebih baik.

Korban konflik kemerdekaan Timor Leste
Berita tentang situasi pada tahun 1999 di Timor Timur, menginspirasi Soehardi untuk melakukan sesuatu bagi mereka.

Soehardi & seluruh keluarganya sedang makan malam dan melihat berita televisi di rumahnya di Singapura, ketika dia menyaksikan banyaknya pengungsi yang keluar dari Timor-timur ke Nusa Tenggara Barat. Mereka tinggal di dalam kardus-kardus yang disulap menjadi tempat tinggal. Anak-anak mengenakan goni sebagai baju & tidak ada sanitasi.

“Itu sungguh menyentuh perasaan” kata Soehardi.

Keadaan yang menyedihkan ini terjadi setelah referendum Timor-timur untuk merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia. Dalam referendum itu, Militia melakukan banyak kekerasan di wilayah itu. Ratusan orang meninggal dan sebanyak 250,000 orang harus meninggalkan rumah mereka sebagai pengungsi.

Keluarga Soehardi yang sebelumnya merencanakan liburan keliling dunia, namun karena melihat berita tersebut, mereka merubah rencana mereka.

Saya & istri saling pandang, dan kita masing-masing memikirkan hal itu. “Mari melakukan sesuatu yang lain. Kita mengunjungi tempat itu, untuk membuat liburan yang berbeda” kata Soehardi.

Malam harinya dia menulis E-Mail pada rekan-rekannya sampai jam 4 pagi, untuk mulai mengumpulkan sumbangan dana, makanan, pakaian & segala kebutuhan untuk para pengungsi. Dengan bantuan teman & beberapa relawan, keluarga Soehardi berhasil menembus area konflik & membawa lebih dari 40 ton makanan, alat2 kesehatan dan sanitasi ke kamp pengungsi di Timor-Timur.

Selanjutnya keluarga suhardi memutuskan untuk membuat panti asuhan bagi yatim piatu.

“Istri saya berinisiatif meminta saya untuk membuat 3 kamar. 2 jam kemudian dia meminta 5 kamar lalu 9 kamar dan akhirnya berdirilah panti asuhan ini”

Mereka menyelesaikan pembangunan panti asuhan dalam 11 bulan dan menamakannya Panti Asuhan Roslin.

Pada April 2002, panti asuhan dibuka dan menyediakan rumah bagi 4 anak. Sejak dari itu, panti asuhan diperbesar untuk kepentingan pendidikan gratis, pakaian, rumah dan makanan untuk 47 orang anak dari semua umur, mulai dari yang baru lahir sampai yang usia jenjang universitas. Setengah dari penghuni panti berusia kurang dari 8 tahun.

Panti asuhan di bangun di tanah hasil sumbangan yang mereka sangka tanah gersang.Tapi sekarang ini, nasi untuk para penghuni panti dihasilkan dari tanah mereka sendiri.

”Kami berani mengambil tantangan ini” kata soehardi mngenai proyek irigasinya. Dia dan Peggy, yang sama-sama tidak memiliki pengetahuan tentang pertanian, menggunakan 2 pompa dan generator untuk mendapatkan air dari irigasi.

Lalu mereka mulai menanam padi. ”200 hari kemudian, kami panen pertama dan menjadi pantu asuhan yang berhasil swasembada beras," katanya.

Ini adalah salah satu taktik untuk mengurangi biaya, terutama dengan kehilang pekerjaan yang dialami Soehardi karena kesulitan ekonomi.

Soehardi yang gaji pilotnya digunakan untuk menopang kelangsungan panti asuhan dan membiayai sekolah medis Mangi, berharap bahwa dengan berakhirnya kontraknya, tidak akan mempengaruhi kehidupan anak-anaknya.

“Bisa menolong anak2 ini adalah suatu kehormatan bagi saya dan istri karena ini adalah bentuk terima kasih kami atas apa yang sudah dianugerahkan pada kami”



April 8, 2010

Mengenal Psikoanalisis Sigmund Freud

Psikoanalisis tidak dapat dipisahkan dari Sigmund Freud (1856-1939). Semua bentuk pemikiran psikoanalitik pasti merujuk kepada Freud, baik yang setuju maupun yang tidak setuju dengannya. Dalam perkembangan selanjutnya, pemikiran asli Freud telah diubah, diganti, dikembangkan, atau dibelokan hingga tidak dapat dikenali. Meskipun demikian, karyanya tetap menjadi dasar bagi semua aliran psikoanalisis. Freud menciptakan istilah psikoanalissi pada tahun 1896 sesudah perjuangan lama menggarap gagasan-gagasan tentang sebab musabab neurosis dan gangguan-gangguan mental lainnya.

Secara kasar, psikoanalisis terdiri atas tiga bidang, yaitu:

1. Suatu cara terapi yang bertujuan untuk meringankan beban batin orang, berdasarkan pada teori-teori tentang alam tak sadar dan penafsirannya.

2. Suatu teori menyeluruh tentang bagaimana kepribadian manusia berkembang dan berfungsi

3. Seperangkat teori tentang bagaimana manusia dan masyarakat berfungsi, atas dasar dua bidang di atas untuk memahami peradaban.

Pendekatan psikologis yang bersandar pada psikoanalisis yang dikembangakn Freud setelah melakukan berbagai macam penelitian bahwa manusia banyak dikuasai oleh alam bawah sadarnya. Terdapat Id, Ego, dan Super Ego dalam diri manusia yang menyebabkan manusia selalu berada dalam keadaan berperang dalam dirinya, resah, gelisah, & tertekan, apabila terdapat ketidakseimbangan pada tiga unsur tersebut. Tetapi apabila ketiganya bekerja dengan seimbang akan memperlihatkan watak yang wajar. Bila terjadi ketidakseimbangan akan muncul neurosis yang menghendaki adanya penyaluran.

3 aspek kepribadian menurut Sigmund Freud

a. Das Es (aspek biologis)
Aspek ini adalah sistem yang original dalam kepribadian dan merupakan sumber dari munculnya kedua aspek yang lain, Freud menyebutnya realitas psikis yang sebenar-benarnya. Das Es merupakan dunia batin subyektif manusia dimana di dalamnya berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur biologis), termasuk insting dan sekaligus merupakan energi psikis yang menggerakan 2 aspek lainnya. Prinsip kerja aspek ini adalah mereduksi tegangan atau energi yang menimbulkan ketidaknyamanan yang timbul ketika ada tekanan dari luar.

b. Das Ich (aspek psikologis)
Aspek ini merupakan aspek psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Prinsip kerja Das Ich berpegang pada prinsip realitas dan bereaksi dengan proses sekunder. Tujuan prinsip realitas adalah mencari obyek yang tepat untuk mereduksikan tegangan yang timbul, proses sekunder adalah proses berpikir realistis untuk merumuskan rencana pemenuhan kebutuhan dan mengujinya apakah berhasil atau tidak. Peran utamanya adalah menjadi perantara antara kebutuhan insinktif dengan keadaan lingkungan demi kepentingan adanya organisme. Das Ich memilih kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara memenuhi kebutuhan, mengontrol jalan yang ditempuh serta memilih obyek yang dapat memenuhi kebutuhan. Das Ich seringkali harus mempersatukan pertentangan-pertentangan antara Das Es dan Das Ueber Ich. Peran utamanya adalah menjadi perantara antara kebutuhan instinktif dengan keadaan lingkungan demi kepentingan adanya organisme.

c. Das Ueber Ich (aspek sosiologis)
Das Ueber Ich merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat atau bisa dianggap merupakan aspek moral kepribadian. Fungsi pokoknya adalah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, bermoral atau tidak, dengan demikian pribadi bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Selain itu Das Ueber Ich bertugas merintangi impuls Das Es, terutama impuls seksual dan agresif, mendorong Das Ich untuk mengejar hal-hal yang moralistis daripada realistis dan mengejar kesempurnaan.

Instink
Ada 3 istilah yang hampir mirip, yaitu instink, keinginan, kebutuhan. Instink adalah sumber perangsang somatis dalam, yang dibawa sejak lahir, keinginan adalah perangsang psikologis dan kebutuhan adalah perangsang jasmani. Freud berpendapat bahwa organisme bisa dirangsang dari luar, namun rangsangan luar ini pengaruhnya kurang penting bila dibandingkan dengan instink. Instink punya 4 macam aspek yaitu sumber, tujuan, objek dan penggerak. Sumber dan tujuan instink itu bersifat tetap selama hidup, sedangkan obyek dan cara pemenuhannya bisa berubah-ubah. Feud membagi instink menjadi 2 yaitu:
a. instink-instink hidup
Fungsi utamanya adalah melayani individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras, bentuk utamanya terdiri dari makan minum dan kebutuhan seksual.
b. instink mati
Instink mati disebut juga instink merusak (destruktif). Freud berpendapat bahwa tanpa disadari, tiap orang punya keinginan untuk mati. Pendapat ini didasarkan pada prinsip konstansi Fechnon yaitu bahwa “semua proses kehidupan itu cenderung untuk kembali pada ketetapan dunia tiada kehidupan (anorganis)”.

Identifikasi
Identifikasi adalah pembandingan dan pembedaan antara apa yang hanya ada di dalam batin dengan apa yang benar-benar ada dalam dunia kenyataan. Identifikasi ini mendorong perpindahan energi dari Das Es ke Das Ich. Jumlah energi psikis yang terbatas menyebabkan adanya semacam persaingan dalam penggunaan energi tersebut. Kalau satu aspek menjadi kuat, maka secara otomatis 2 aspek lainnya menjadi lemah.

Energi ini pada awalnya hanya dimiliki Das Es, karena adanya proses identifikasi yang memerlukan Das Ich sebagi pelakunya, sedang Das Ich tidak punya energi psikis, maka terjadi perpindahan energi. Kadang penggunaan energi psikis ini dimonopoli oleh Das Ich, namun bila Das Ich gagal memuaskan instink, maka Das Es akan menguasai kembali energi psikis ini. Energi yang didapat Das Ich juga digunakan untuk mengintegarasikan 3 aspek tersebut dengan tujuan menimbulkan keselarasan batin, sehingga hubungan antara pribadi dengan dunia luar dapat berlangsung baik dan efektif.

Kecemasan atau ketakutan
Dinamika kepribadian sebagian dikuasai oeh keharusan memuaskan kebutuhan dengan cara berhubungan dengan obyek di dunia luar. Lingkungan menyediakan pemuas kebutuhan instink, sekaligus juga menyediakan ancaman bagi organisme. Reaksi terhadap ancaman yang akan dihadapi adalah cemas atau takut. Freud mengemukakan adanya 3 macam kecemasan yaitu:
a. Kecemasan realitas
Adalah kecemasan atau ketakutan akan bahaya dari luar, merupakan kecemasan paling pokok yang menimbulkan 2 kecemasan lain.
b. Kecemasan neurotis
Adalah kecemasan bila instink tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatu di luar hukum.
c. Kecemasan moral
Adalah kecemasan terhadap pemenuhan instink yang bertentangan dengan norma-norma moral, karena dalam perkembangannya, seseorang akan mendapat hukuman bila perbuatannya melanggar moral.

Fungsi kecemasan adalah memperingatkan orang akan datangnya bahaya, sebagai isyarat dari Das Ich, bahwa apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat, bahaya itu akan meningkat sampai Das Ich dikalahkan. Kecemasan yang tidak dapat dikuasai dengan tindakan-tindakan yang efektif disebut ketakutan traumatis yang membawa orang pada ketidakberdayaan. Apabila Das Ich tidak dapat menguasai kecemasan dengan cara yang rasional, maka akan dihadapinya dengan cara yang tidak realistis.

Sepertinya masih banyak yang bisa digali dari psikoanalisis, namun saya sekedar mengingat skripsi yang saya tulis 5 tahun lalu, jadi saya copas saja apa yang dulu saya jadikan bahan untuk kelulusan saya. Saya juga bukan Freudian maupun Jungian, karena tidak sepenuhnya pemikiran mereka masuk akal buat saya. Jadi ini hanya sebatas pada pengenalan psikoanalisis.

March 15, 2010

Dieng


Dieng, pegunungan di utara wonosobo. Akhirnya bisa jalan juga ke tempat ini. Sebenernya kalo mau dari dulu2 juga bisa, tapi gara2 cerita dari seorang teman yang katanya bagus, makanya akhirnya berangkat juga. Jam 4 pagi berangkat naik motor masih dalam suasana lebaran, jam 6 udah nyampe wonosobo, tempat yang membuat gw langsung jatuh cinta. kota kecil yang rapih, adem, kehidupan yang bersahaja etc.

Sebenernya dah beberapa kali lewat wonosobo, cuma kalo ampe muter2 di kotanya, baru sekali ini. janjian dengan seorang teman, beresin sarapan langsung berangakat. Sepanjang jalanpun kita akan disuguhi pemandangan alam yang menyejukan. Perjalanan pagi yang menyenangkan.


Menikmati perjalanan, berhenti beberapa kali buat ngopi & foto2 gak jelas. Pemandangan alamnya emang asik sih, makanya sering banget berhenti, jadi ngaret2.



akhirnya setelah melewati 2 jam perjalanan menanjak, nyampe juga di Dieng, diselingi acara bocor ban. Berhubung hawa yang dingin, bawaanya kencing mulu, pergilah gw ke toilet. Bset aernya dingin banget.

Pertama, ngeliat candi dulu. Lupa namanya.

abis itu, nyari sarapan, jalan kaki muter2 ampe pegel & akhirnya memutuskan mending balik lagi ke parkiran ngambil motor, soalnya jalannya jauh.

terus ke telaga warna yang dah gak berwarna lagi. Konon katanya dulu telaga ini berganti-ganti warna, terus ada perusahaan jepang yang ngambil ganggang sampe telaga ini tinggal berwarna ijo doang. Versi lain, jamannya pak Harto dulu, beliau sering semedi di sini, terus dia ngambil semacam benda keramat yang ada di telaga ini, terus warnanya gak ganti-ganti lagi. Gatau deh yang mana yang bener.

Konyolnya gw ama temen gw maksain naik bukit demi ngeliat telaga ini dari atas, ternyata bikin kaki pegel & berhubung sepatu gw kekecilan, jari2 gw pada lecet. Tapi di atas gw sempet liat alap-alap yang entah kapan gw terakhir kali liat. Tapi gak sempet difoto, cepet banget ngilang.


Awal hari

Setelah lama berpura2 sibuk(sok sibuk tepatnya), akhirnya gw menemukan lagi suasana seperti masa2 kuliah dulu yang sebenernya bisa diciptakan, tapi gak pernah sempet. Tengah malam, abis gerimis, orang2 udah pada tidur, lalu dari kamar sebelah terdengar pelan & lirih no surprises-radiohead, 1979-smashing pumpkins, evergreen-hyde, Stay-U2 & lagu2 pelan semacamnya. cuma versi sekarang, suara itu dari speaker di kamar gw, soalnya kamar sebelah dah pada tidur semua kayanya. Ditambah yang terpisah-homogenic, jangan bakar buku-efekrumahkaca, see the sun-james iha, rasanya tenang, adem, pelan.

Suasana yang susah gw temuin sekarang. Tiap hari buru2, ngurusin masalah mesin, pulang pergi bandung-purwakarta-jakarta-bandung tiap minggu, cuma gw anggep resiko kerjaan aja. Tapi ketika menemukan suasana tenang & pelan seperti ini, ada yang terisi lagi.

Rasanya selalu pengen kembali lagi ke masa2 4 ato 5 tahun lalu.

Tapi orang bilang kan hidup cuma maju, gak ada berhenti apalagi mundur. Berarti sekarang tinggal mensyukuri aja yang ada, sambil terus nyari jalan supaya bisa keluar dari rutinitas macam ini yang lama2 sepertinya membunuh.

Masih awal hari, dan gw menemukan ketenangan baru.

February 13, 2010

Blog & Sejarahnya

Blog merupakan singkatan dari "weblog" istilah yang mungkin digunakan pertama kali pada Desember 1997 oleh Jorn Barger untuk mendefinisikan website pribadi yang terus di-update dengan menyertakan juga link-link yang menurut sang pemilik dianggap menarik disertai dengan komentar berisi opini pribadi mereka.

Blog kemudian berkembang dari sekedar catatan surfing di dunia maya menjadi cerminan dari isi kepala dan pribadi sang penulis karena biasanya selain link, mereka juga menyertakan opini-opini pribadi. Kita bisa melihat topik apa yang disukai, karenanya blog kebanyakan bersifat sangat pribadi.

Menurut seorang kolumnis San Fransisco Gate, Roger Yim, blog adalah persilangan antara pribadi seseorang dengan daftar link di internet, sedang menurut Scott Rosenberg, blog berada pada batasan website yang lebih bernyawa daripada sekedar kumpulan link tapi kurang introspektif dari sekedar sebuah diari yang disimpan di internet.

Blog juga kemudian berkembang bahkan sudah tidak mencantumkan link di internet, melainkan catatan harian, apa yang dirasakan, opini pribadi tentang apa yang sedang terjadi dan sekedar catatan apa yang dilakukan sang penulis.

Blog pertama yang ada, kemungkinan adalah “Whats New” pada browser Mosaic yang dibuat oleh Marc Andersen pada tahun 1993. Mosaic adalah browser pertama sebelum Internet Explorer bahkan Netscape. Hingga tahun 1998, jumlah blog belumlah seberapa, karena diperlukan keahlian dan pengetahuan khusus tentang HTML, pembuatan website dan web hosting untuk menyimpan blog, sehingga hanya mereka yang memang berkecimpung di dunia internet saja yang bisa memiliki blog.

Hingga pada Agustus 1999 sebuah Pyra Lab meluncurkan Blogger.com yang memungkinkan siapapun dengan pengetahuan HTML yang minim, bisa menciptakan Blog-nya sendiri secara online dan gratis. Sejak itulah, jumlah blog bertambah pesat, hingga sulit untuk mengikutinya. Berbagai macam blog terus bermunculan dengan topik yang berbeda setiap harinya. Secara sederhana topik sebuah blog adalah kekuasan mutlak pemilik blog tanpa campur tangan dari siapapun, sehingga dengan leluasa dia memilih tema dan mengungkapkan pendapat pribadi, segila apapun itu.

Pendiri Blogger.com berpendapat mayoritas blogger adalah anak-anak muda atau mahasiswa yang banyak diantaranya menggunakan blog untuk berkomunikasi dengan teman-temannya. Blogger saat ini kebanyakan terdiri dari para penulis muda yang dinamis, offbeat dan punya opini untuk segala hal. Dengan kata lain mereka adalah generasi yang tidak takut untuk berpendapat dan mengungkapkan opini mereka.

Dengan memiliki blog, orang akan kembali menemukan minatnya pada sesuatu dan ia mulai lebih menghargai cara pandangnya sendiri. Karena ketika sang pemilik meng-update blognya, dia mulai mempertimbangkan opini dan ide-idenya dengan lebih hati-hati dan mulai merasakan bahwa perspektifnya adalah uni dan penting untuk disuarakan.

Ketika seorang blogger menuliskan apa yang ada di pikirannya, maka ia akan sering berkonfrontasi dengan opininya sendiri. Dengan terbiasa mengekspresikan pikinannya pada blognya, seorang blogger dapat dengan legih baik mengartikulaisan opininya. Blog bahkan dapat menjadi semacam terapi jiwa. Bagi sebagian orang diperlukan syarat untuk menjadi blogger yang baik (ala..ah), yaitu kemampuan untuk mengekspresikan diri, keinginan untuk berkomunikasi dengan orang banyak dan minat pribadi pada keterusterangan.

Blog adalah budaya digital tersendiri dan komunitas elektroniknya bertebaran di internet dan dengan sedemikian banyaknya blog di internet yang selalu mencari website-website yang menarik, maka blog menjadi unik. Saat ini blog bisa menjadi indikasi akurat tentang apa yang sedang terjadi di internet dan di dalam komunitas web.

Internet bukan saja memungkinkan para blogger memberikan opini dan komentar mereka tentang suatu isu, tapi juga memungkinkan para pembaca blog menuliskan opininya tentang opini yang mereka baca. Blog berhasil mendemonstrasikan banyak hal tentang budaya interaktif yang disukai orang.

Keinteraktifan blog adalah salah satu faktor penunjang kepopulerannya. Media konvensional yang bersifat satu arah berubah menjadi tempat, di mana suara semua orang mendapat tempat, walaupun belum tentu berharga. Blog memiliki kebalikan struktur dari media konvensional yang bersifat top-down, membosankan dan arogan. Blog adalah contoh tepat evolusi komunitas elektronik dan kemampuan orang yang secara online membuat media yang mereka kostumisasi sendiri yang lepas dari kecurigaan media sebagai corong korporasi besar. Blog kemungkinan besar adalah masa depan media yang kita saksikan sekarang.

Blogger menurut sifat dasarnya adalah bukanlah reporter, mereka berperan sebagai editor dalam blognya masing-masing. Dan dalam sebuah dunia dengan budaya media yang telah jenuh, blog menjadi suara-suara alternatif yang yang menyuarakan bunyi independen dalam setiap ulasannya. “Blog bukanlah obat mujarab untuk budaya yang telah jenuh dengan media, tapi mudah blog menjadi salah satu peredanya”

January 22, 2010

Membuat Dropdown Menu Pada Adobe Dreamweaver

Beberapa minggu lalu, gw dipusingkan dengan ide membuat dropdown menu di dreamweaver. Setelah googling sana sini akhirnya nemuin jg caranya dengan Javascript. Script-nya dah jadi tinggal download & pasang, tapi jadinya ribet sendiri.

Tanya sana-sini, akhirnya nemu juga bikin dropdown menu di Adobe Dreamweaver. Caranya, bikin file baru, Create New -> HTML. terus di-save dulu deh itu file.

Di Menubar, klik Insert -> Spry -> Spry Menu Bar. Abis itu keluar pilihan Horizontal & Vertical, pilih aja yang sesuai kebutuhan dan selera. Tada! Udah jadi deh itu dropdown menu, karena secara otomatis, dreamweaver bikin Javascript buat bikin dropdown menu ini.

CSS-nya tinggal kita atur sesuai selera biar tampak lebih menarik.